Alasan Mengapa Mudik Berisiko Menyebarkan Covid-19

Jalanjalanmurah.web.id – Mudik yang merupakan tradisi masyarakat Indonesia ketika Lebaran kembali dilarang oleh Pemerintah.

Larangan ini pun menuai pro dan kontra dari berbagai kalangan masyarakat. Banyak dari mereka mempertanyakan alasannya, sebab proses vaksinasi sudah berjalan.

Belum lagi, pada tahu  2020 lalu pemerintah juga melarang mudik Lebaran.

Oleh karena hal itu, Epidemiolog Universitas Hasanuddin Makassar, Ridwan Amiruddin pun menanggapi dengan mengatakan bahwa Indonesia masih jauh dari kata aman terhadap Covid-19.

“Karena, angka positive rate-nya masih di atas 10 persen yang berarti virusnya masih liar,” ujarnya dalam webinar “Kontroversi Mudik Lebaran Saat Covid-19 Belum Pensiun”.

Ridwan juga mengatakan, larangan mudik ini memiliki tujuan untuk mengontrol penyebaran Covid-19, khususnya pada mereka yang tidak bergejala.

Risiko Kerumunan

Kerumunan Lebih dari 5 Orang di Bodebek Akan Didenda Rp 250.000 atau  Bersihkan Fasilitas Umum

Ridwan menuturkan, kendaraan akan penuh dengan rombongan keluarga saat mudik, sehingga protokol kesehatan mengenai jaga jarak akan sulit dilakukan.

“Pelarangan mudik itu prinsip dasarnya adalah mengurai kerumunan. Jadi makin tinggi kerumunan di ruang tertutup, maka transmisinya akan makin meningkat,” terangnya.

Bukan hanya risiko tertular Covid-19 makin meningkat oleh karena kerumunan mudik, namun durasi dari perjalanan juga dapat memicu penyebaran virus.

“Jika perjalanannya lama, kemungkinan terpaparnya akan lebih tinggi, apalagi jika alat transportasinya tidak didukung dengan sistem penyaringan dan pembersih udara yang baik,” tambah Ridwan.

Ia juga menganggap, jika pada saat mudik tidak memungkinkan pemudik menerapkan protokol kesehatan karena berada di dalam kendaraan yang padat dan tertutup, sampai pada risiko penularan yang tinggi.

“Perilaku pemudik, kalau sudah kelelahan tidak mungkin protokol kesehatan jalan,” sambung Ridwan.

Tidak hanya risiko perjalanan

Di sisi lain, risiko penyebaran virus Covid-19 tak hanya ada karena perjalanan. Risiko penyebaran ini pun masih berlanjut begitu pemudik sampai di tempat tujuan.

“Saat tiba di tempat tujuan, orang-orang dari kota yang pergi ke desa membawa virus pada tubuh mereka dan meninggalkannya ketika kembali ke tempat asal,” kata Ridwan.

Belum lagi kegiatan makan bersama dengan penggunaan sendok dan alat makan secara bersamaan, hal itu akan meningkatkan penyebaran virus.

Ridwan berkata, masyarakat Indonesia sebenarnya harus belajar dari India yang kini tengah menghadapi gelombang Covid-19.

“Di India itu ada faktor utamanya pemilukada, perayaan agama, pelonggaran protokol kesehatan, eurofia vaksin, orang desa kembali ke kota untuk bisnis dan institusi yang tidak melaksanakan protokol kesehatan, ditambah lagi dengan mutasi virus,” ujar Ridwan.

Seperti yang diketahui, India melaporkan 357.229 kasus Covid-19 pada Selasa (4/5/2021), sehingga total kasusnya berada di angka 20,3 juta.

Author: pangeranbertopeng